Tempat yang sekarang disebut Pekajangan ini, pada kisah awalnya, hutan rungkut pepohonan
kajang. Dan pohon kajang adalah batang-batang yang keras, yang jika sudah cukup
umur bisa dimanfaatkan untuk gubuk, bahkan untuk dondangan kapal atau perahu.
Penulis Cina Hsu Siauw Lin, sekitar abad Sembilan masehi dalam pengelanaannya di pulau Jewawud (Jawa sekarang) sangat mengenal kayau kajang sebagai bahan bangunan. Untuk kerangka tempat tinggal atau perahu-perahu pencalang - yang sering menempuh ombak di lautan dalam.
Itulah asal-muasal nama desa Pekajangan, dari kosa-kata “kajang”. Namun ada penafsiran lain tentang kajang: atau lebih komplitnya muasal Pekajangan itu, yang bisa jadi mulanya dari sebutan Pekajangan. Pekajangan diartikan, adalah hunian perembpua-perempuan nakal, seperti PSK istilah belakangan. Desa yang tertutup oleh hutan belantara, dijadikan perembunyian para bandit dan bromocorah saaat itu dan juga menyembunyikan para gundik-dundik mereka.
Penulis Cina Hsu Siauw Lin, sekitar abad Sembilan masehi dalam pengelanaannya di pulau Jewawud (Jawa sekarang) sangat mengenal kayau kajang sebagai bahan bangunan. Untuk kerangka tempat tinggal atau perahu-perahu pencalang - yang sering menempuh ombak di lautan dalam.
Itulah asal-muasal nama desa Pekajangan, dari kosa-kata “kajang”. Namun ada penafsiran lain tentang kajang: atau lebih komplitnya muasal Pekajangan itu, yang bisa jadi mulanya dari sebutan Pekajangan. Pekajangan diartikan, adalah hunian perembpua-perempuan nakal, seperti PSK istilah belakangan. Desa yang tertutup oleh hutan belantara, dijadikan perembunyian para bandit dan bromocorah saaat itu dan juga menyembunyikan para gundik-dundik mereka.